ARTIKEL 2
A.
DEFINISI SISTEM
INFORMASI KESEHATAN
Sistem informasi terdiri dari dua
kata, yaitu System dan Information.
Sistem adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu,
sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau
mendatang.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Menurut WHO, Sistem Informasi
Kesehatan merupakan salah satu dari 6 “Building Block” atau komponen utama
dalam sistem kesehatan di suatu negara. Keenam komponen (building block) sistem
kesehatan tersebut adalah: Service
delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan), Medical product, vaccine, and
technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan), Health
worksforce (tenaga medis), Health
system financing (sistem pembiayaan kesehatan), Health information system (sistem
informasi kesehatan) dan Leadership
and governance (kepemimpinan dan pemerintah).
B. PERSPEKTIF SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1.
Perspektif Fungsional
Secara fungsional Sistem Informasi
Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam system Informasi, yaitu Sistem
informasi rumah sakit, system informasi kesehatan public, dan system informasi
klinis.
a.
Sistem
Informasi rumah sakit
Menurut catatan Van de Velde dan Degoulet
(2003), Sistem Informasi Rumah Sakit telah menggabungkan fungsi administrative
dan medis. Dalam konteks ini, system Informasi Rumah Sakit juga biasanya
dimulai dengan Sistem Informasi untuk mendukung administrasi keuangan Rumah
sakit untuk menentukan dan merekapitulasi besar tagihan yang ditanggung untuk
pasien.
Pada tahap awal ini, Sistem
Informasi Rumah Sakit cenderung bersifat otomatisasi proses, yang sebelumnya
m,engandalkan manusia yang potensi kesalahannya besar, digantikan dengan system
informasi dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi dan menghemat waktu dalam
pelayanan.
Di Amerika, Pada tahun 1980an,
Sistem Informasi Rumah Sakit berkembang pada tahap yang lebih lanjut dan focus
pada produktivitas. Sistem Informasi pendukung keuangan yang sebelumnnya
didasarkan pada free-per-service digantikan dengan biaya penggunaan sumberdaya,
seperti obat-obatan. Pada sisi medis, Sistem Informasi yang cenderung
mengotomatisasi proses yang sudah ada, menjadi system informasi yang mendukung
dokter, perawat, dan lembaga penyedia jasa
kesehatan lainnya. Tujuan system informasi rumah sakit yang dikembangkan
adalah untuk meningkatan layanan kepada pasien dan kualitas pengambilan
keputusan.
b. System Informasi Kesehatan Public
Sistem Informasi kesehatan Public muncul karena tuntutan
akan integrasi informasi yang tersebar. System ini disebut juga community
health information systems (Van de Velde dan degoulet, 2003), e- Public health
information system (Tan et al.,2005) atau public health informatics (Yasnoff et
al.,2001). Sistem Informasi kesehatan Public menurut Yasnoff, Overhage,
Humphreys, dan La venture (2001:537) didefinisikan sebagai, “the systematic
application of information and computer scienes to public health practice,
research, and learning”.Perkembangan bidang ini dan diseminasi pengetahuan dan
keahlian informatika kepada professional kesehatan public adalah kunci pembuka
potensi sitem informasi untuk meningkatkan kesehatan public.
Sistem Informasi Kesehatan public mempunyai vakupan yang
cukup luas. Kantor-kantor pemerintahan yang mengurusi kesehatan dan lembaga
layanan kesehatan non rumah sakit pun, seperti pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas), masuk dalam ranah system informasi ini. Fungsi surveillance atau
pemantauan perkembangan kondisi kesehatan masyarakat (seperti pemantauan
epidemic) dapat dimasukkan ke dalam satu fitur system informasi kesehatan
public ini.
c. System Informasi klinis
Tujuan utama pembuatan system informasi klinis adalah untuk
mengurangi biaya dengan memberikan informasi yang membantu dokter untuk
mengambil keputusan dalam aktivitas sehari-hari. System informasi klinis tidak
hanya membantu dokter dalam menangani masalah administrative pasien, tetapi
lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pasien. System
informasi klinis dapat didukung dengan system pendukung keputusan, yang
diantaranya membantu dalam diagnose penyakit dan menentukan tindakan medis.
Ada dua pertimbangan sekaligus yang digunakan untuk
menggunakan system ini, yaitu pertimbangan ekonomis untuk efisiensi dan
pertimbangan medis untuk meningkatkan kualitas layanan. System informasi klinis
ini dapat diadopsi pada level individu dokter atau lembaga pelayanan kesehatan
non rumah sakit.
2. Perspektif Arsitektur Teknologi
Pada era teknologi yang semakin lebih dekat kea rah
mobilitas pengguna, tiga pengembangan terpenting dalam system informasi
kesehatan adalah pengembangan system informasi berbasis pada kompinen objek,
system terdistribusi, dan teknologi mobile.
a. Sistem informasi Berbasis Komponen
Objek
Teknologi berbasis pada komponen objek mengubah paradigm
tegnologi berbasis pada perpindahan data (data-driven technology) menjadi
arsitektur berbasis pada pengetahuan (knowledge-driven technology) yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dengan basis pada komponen objek,
memungkinkan aturan bisnis, kebijakan, dan berbagai macam peraturan yang lain
diintegrasikan ke dalam system informasi. Komponen merupakan unit dari
software yang membangun keseluruhan
system. Setiap komponen merupakan proses tersendiri yang memiliki masukan dan
atau keluaran. Pengembangan Sistem Informasi kesehatan berbasi objek
memungkinkan system dikembangkan secara modular (berbasis pada komponen) yang
memungkinkan proses penambahan fitur dan fungsionalitas secara lebih mudah di
masa depan. Setiap modul akan memiliki property, dan memiliki method yang
dipergunakan untuk memanipulasi property yang dia miliki untuk diberikan output
sesuai yang diinginkan.
b. Sistem terdistribusi
Dalam era keterbukaan dan era keterhubungan maka diperlukan
mekanisme yang ddapat menghubungkan antar satu system dengan system yang lain.
Proses keterhubungan ini menjadi kompleks ketika tiap dibangun dengan platform
dan system yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah rumah sakit dapat melayani
proses booking kamar pasien secara online dan melayani pembayaran tagihan rumah
sakit melalui internet banking. Setiap system yang terkait, yakni system
informasi rumah sakit, system perbankan yang melayani pembayaran, dan user
interface pembayaran, harus terhubung dengan mekanisme yang memungkinkan mereka
bertukar data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses tersebut.
Mekanisme distribusi yang dimungkinkan adalah dengan
menggunakan web, CORBA, DCOM, dan web services. Dengan menggunakan system
terdistribusi, data akan dikirimkan ke antar system yang berbeda, dan
dikirimkan melalui jaringan computer. Dalam lingkungan terdistribusi, aplikasi
yang berjalan merupakan kumpulan intteraksi dari berbagai kkomponen, yakni
objek data, objek aplikasi, dan user interface.
c. Mobile Communication
Saat ini teknologi mobile seperti handphone, PDA (personal
digital assistant), dan berbagai macam teknologi wireless lainnya memungkinkan
proses komputasi dan pemanfaatan system informasi kesehatan dipergunakanj oleh
pengguna yang secara fisik tidak terhubung secara langsung dengan system.
System ini memungkinkan akses terhadap sistem informasi kesehatan secara remote
maupun secara llokal baik dari sisi administrator maupun pengguna sevara umum
(regular user) Sistem informasi kesehatan dapat diintegrasikan dengan teknologi
mobile yang populer seperti SMS, MMs, atupun dapat berupa apliikasi yang
diinstal diperangkat sperti handphone ataupun PDA dengan teknologi seperti java
mobile, Symbian atau PocketPC application. Aplikasi mobile ini dapat
diintegrasikan dengan konsep sistem terdistribusi.
Dengan sistem
yang diintegrasikan, pengguna akan dimudahkan untuk mengakses data-data
kesehatan yang mereka miliki tanpa harus dating kelokasi. Sebagai contoh,
seorang pasien yang melakukan cek darah di sebuah laboratorium, akan segera
mendapatkan hasilnya dua jam kemudian, dan hasil ini dapat diakses dengan
menggunakan internet. Pada contoh lain, seorang dokter dapat langsung terhubung
dengan rekam medis seorang pasien dengan menggunakan PDA yang terhubung dengan
sistem jaringan yang ada dalam rumah sakit yang bersangkutan. Bahkan ketika
antar rumah sakit sudah terintegrasi satu dengan yang lain, melalui sistem
terdistribusi salah satunya, seorang petugas rekam medis dirumah sakit
sebelumnya dari seorang pasien rujukian pun sudah dapat segera diakses, untuk
kemudian diberikan penanganan yang tepat.
REFERENSI
Notoatmodjo,soekidjo.2003.Ilmu kesehatan masyarakat.Pt rineka
citra. Jakarta.
Kusuma,dewi
Sri.dkk.2009.Informatika kesehatan.Graha
ilmu.yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar