Minggu, 24 September 2017

KELEMAHAN DAN TANTANGAN SIK

ARTIKEL 5

KELEMAHAN DAN TANTANGAN SIK

      A.   Kelemahan SIK
WHO mengklasifikasikan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai salah satu dari 6 “building blocks” Sistem Kesehatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran SIK di dalam suatu sistem kesehatan. Namun untuk SIK di Indonesia, sering terdengar masih belum memadai sehingga tidak bisa memberikan data yang akurat. Akibatnya adalah pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan – para kepala Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan dan petugas di Kementerian Kesehatan, menjadi sulit untuk mendapatkan data yang akurat dalam waktu yang tepat untuk membantu dalam melakukan tugas harian.
Berikut ini beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Sistem Informasi Kesehatan:
1.     Fragmentasi & sistem paralel terlalu membebankan,
Yang paling fundamental adalah permasalahan fragmentasi. Hal ini disebabkan SIK Indonesia mempunyai banyak “sub-sistem” yang berjalan secara paralel sesuai kebutuhan pemangku kepentingan yang berbeda, yang akhirnya membuat petugas di lapangan kewalahan dalam mengkompilasi dan melaporkan data yang diperlukan. Dengan beban laporan yang begitu berat dalam pelayanan kesehatan, menimbulkan resiko petugas fasilitas kesehatan untuk membuat kesalahan dalam pencatatan/rekapitulasi menjadi sangat tinggi dan juga laporan menjadi sering terlambat dikirim. Yang paling buruk adalah data yang berbeda dilaporkan untuk variabel yang sama dalam fasilitas yang sama.
2.     Pemerintah/Governance
Sejak desentralisasi tahun 2000, peran Kementerian Kesehatan dalam mengelola SIK semakin penting.  Tanpa pengelolaan dan kebijakan yang kuat, setiap pemerintah daerah akan mengadopsi sistem masing  masing yang berbeda dan tidak “interoperable” – yakni, tidak bisa saling komunikasi antara satu sistem dengan yang lain.
3.     Pemanfaatan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) masih kurang
Dalam laporan Health Systems Financing: The path to universal coverage (WHO, 2010), Dr. Margaret Chan, Director-General WHO menyatakan bahwa hampir 20-40% dana Kesehatan menjadi sia-sia atau tidak terserap dengan baik. Hal ini dikarenakan sistem tidak  efisien. Antara lain diakibatkan sistem manual yang masih terlalu lambat dan memerlukan banyak sumber dan tidak adanya Informasi tepat.
Sistem Kesehatan
Indonesia masih belum memanfaatkan TIK secara menyeluruh dan jauh ketinggalan dengan sektor lainnya contohnya sektor Bank yang telah memanfaatkan TIK secara maksimal
.
4.     Dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi.
5.     Persebaran sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi tidak merata
6.     Biaya awal yang cukup mahal meski selanjutnya lebih murah(investasi jangka informasi).
7.     Bergantung pada sumber listrik
Karena menggunakan komputer, semua hal yang berhubungan dengan teknologi informasi untuk kesehatan bergantung pada sumber listrik. Apabila listrik padam, maka segala pekerjaan yang berkaitan dengan penyimpanan dan pengolahan data akan sulit untuk dilakukan menggunakan komputer. Hal ini tentu akan mengganggu pelayanan yang akan diberikan kepada para pasien di rumah sakit.
8.     Bergantung pada aplikasi
Selain bergantung pada sumber listrik, penggunaan teknologi informasi untuk kesehatanjuga bergantung pada aplikasi yang digunakan. Jika aplikasi yang digunakan sering bermasalah, maka pelayanan kepada pasien juga akan buruk. Untuk itu, gunakan aplikasi yang tepat agar pelayanan kepada pasien dapat dilakukan secara maksimal.
9.     Perlu pelatihan khusus
Tidak semua orang dapat bekerja dengan komputer secara akrab, hal ini memberikan kesulitan tersendiri. Untuk dapat menggunakan sistem komputerisasi tersebut maka petugas rumah sakit harus melakukan pelatihan khusus. Terutama untuk menyesuaikan diri dalam menggunakan aplikasi yang akan digunakan dalam pengolahan data pasien tersebut.

     B.   TANTANGAN SIK
Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia sudah menujukan banyak sekali kemajuan, hal ini bisa dibuktikan dengan telah dilaksanakannya Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. yang mana semua Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia telah mendapat fasilitas tersebut. Selain itu pelatihan bagi tenaga operator (user) juga telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk pencapaian sasaran ke-14, dari 17 sasaran Departemen Kesehatan yang berbunyi “Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang Evidence Based di Seluruh Indonesia”.
Akan tetapi pada  penerapannya Sistem Informasi Kesehatan di Indoensia tentunya tidak mudah. Beberapa tantangan dalam implementasinya masih banyak ditemui sehingga memerlukan kebijakan dan kerjasama yang terintegrasi didalamnya. Diantaranya tantangan tersebut adalah:
1.     Globalisasi. Banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga membingungkan pihak pengambil kebijakan dalam menentukan model dan sistem yang nantinya akan digunakan guna menghasilkan input, proses dan output yang maksimal sesuai dengan kebutuhan yang ada.
2.     Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah. Ini berkaitan dengan ketersediaan kemampuan keuangan pemerintah dalam menyediakan budgeting guna operasional dan penyiapan perangkat lunak dan perangkat keras dalam implementasi Sistem Informasi Kesehatan.
3.     Ancaman keamanan informasi. Ancaman ini tentunya tidak dapat di pandang sebelah mata karena faktor keamanan informasi menjadi penting terkait dengan jenis data dan informasi yang menjadi input dan output yang nanti dihasilkan.
4.     Tantangan otonomi daerah. Ini sebagai implementasi dari UU No. 2 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga daerah punya otoritas dalam menentukan arah kebijakan sendiri termasuk di dalamnya mengenai arah kebijakan Sistem Informasi Kesehatan untuk kabupatennya.
5.     Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor. Tantanngan ini terkait integrasi dalam menyatukan input Sistem Informasi Kesehatan yang lintas sektor. Karena masing – masing sektor atau unit punya definisi dan aplikatif sendiri dalam meninterpretasikan datanya. Masing-masing Sistem Informasi cenderung untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya sendiri. Sehingga unit – unit operasional dalam melaporkan datanya terbebani. Dampaknya informasi yang di hasilkan kurang akurat.


DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© SISTEM INFORMASI KESEHATAN | Blogger Template by Enny Law